Berselancar sejarah dalam lirik lagu

Berselancar sejarah dalam lirik lagu.
(Telaah lirik lagu Amukti Palapa - Kalingga)

written by ELVIN HENDRATHA

Ratu Shima
 sangat tegas dalam menegakkan Law inforcement, punishment by amputation karena pundi di alun-alun menjadi bukti-nyatanya. Penegakkan hukum yang tak pandang bulu, membuat nama Kalingga masyhur hingga ke negeri Cina karena khabar It Shing. Tetapi 1349 tahun kemudian, Kalingga telah berubah menjadi sebuah nama band yang berasal dari Surabaya.

Saat itu musik rock di tanah air sangat sulit mempunyai ijin pertunjukkan, Kalingga lahir sebagai harapan alternatif menembus kebekuan musik rock di tanah air. Kalingga yang sekaligus sebagai solusi persoalan internal Power Metal dan Andromedha, terdiri dari : Pungky Deaz (Vokalist), Hendrix Sanada (Bassist), Ipunk (Guitarist), dan Mugix Adam(Drumer).

Kalingga menelorkan album tunggal, Sumpah Palapa pada tahun 1997. Album ini terdiri dari 10 (sepuluh) lagu, yaitu : Sumpah Palapa (Amukti Palapa), A Be Ge, And I Know, Terciptakah, Merpati Putriku, Jangan Pernah, Lost Stories, Lingkaran Api, Kenangan Biru, dan Nyanyian Jiwa. Secara bisnis album ini gagal dipasaran, penjualan kaset jauh dari target. Kelak Kalingga harus merelakan hanya memiliki 1 (satu) album saja. Video clip yang digarap apik oleh Dimas Djayadinigrat, hanya menjadi nominator VMI 1997. Namun demikian Kalingga telah mencatat sejarah musik rock di tanah air, dengan salah satu lagunya : ’Sumpah Palapa (Amukti Palapa)’. Sebuah lagu yang sempat mencuri perhatian, karena berlirikkan Bahasa Jawa dan bercerita tentang Gajah Mada..

Bukan hal baru dalam dunia rock di tanah air. Tahun 1977-an SAS Group pernah menulis lagu dengan thema Sang Maha Jaya pada album Volume 4 - Lapar. Bahkan Gombloh pada tahun 1982 telah ber-Hongwilaheng, dengan saputan guitar Edi Kemput yang sangat garang. Karena berbahasa Jawa, orang menyebutnya sebagai Rock Jawa. Lirik lagu Hong wilaheng jelas di-inspirasi-i oleh Serat Wulangreh karangan Pakubuwono IV, sedangkan penggarapan lirik ’Sumpah Palapa (Amukti Palapa)’ Pungky Deaz dibantu oleh Lek Pardjan. Siapa Lek Pardjan ? "Lagu Amukti Palapa ditulis oleh Pungky Deaz notasinya, Kalingga yang menggarap musiknya, sedangkan liriknya ditulis Pungky Deaz dengan Lek PardjanLek Pardjan itu adalah seorang tokoh spritual yang sangat dekat dengan Kalingga", demikian kata Pungky Deaz ketika saya konfirmasikan via handphone saat itu (19/07/09).

Sebuah pertanyaan berdengung : Rock Jawa itu musik rock yang berlirikan Bahasa Jawa, ataukah berupa konsep rock yang digali dari khasanah musik tradisional jawa ? Lagu Rock Jawa ini memang enak didengarkan di telinga, kendati style javasentris sangat kuat baik dari : thema, pilihan bahasa, maupun unsur musik (walau hanya sekedar tempelan). Untuk itu saya mencoba menelaah lirik lagunya dari prespektif saya pribadi...

Sumpah Palapa (Amukti Palapa) - Kalingga

Lagu dimulai dengan lenguh suara seruling, pada fase Kelono Sewandono di alur cerita Reog. Bak cucuk-lampah, seruling bergerak meliuk, disusul suara kendang bertalu. Sengaja membawa penikmat menuju sentuhan etnis tradisional, dengan maksud menjembatani pilihan lirik yang berbahasa tradisonal, serta mengantar pencitraan penikmat kedalam setting cerita.

Kemudian volume suara musik Kalingga dibuka perlahan, bersamaan dengan pudarnya irama rancak reog yang meliuk-liuk. Guitar Ipunk merangkak mengajak bergerak memasuki suatu tempat bernama Tanah Jawi (mirip govindha "kula shaker" ?) Prologus etnik musik tradisional reog hanya sekedar tempelan. Kalingga sengaja sekedar mengokulasi music tradisional seperti Gong 2000, dan bukan berniat mengawini secara serius sebagaimana Guruh Gipsy. Kalingga mengusung kegagahan ’Reog Singo Mangku Joyo’ juara Reog Tingkat Nasional tahun 1997, pada prologus dan exodus lagu sebagai pemanisnya.

Banyak penikmat yang salah sangka, bahwa lirik lagu Sumpah Palapa (Amukti Palapa)ditulis dalam Bahasa Sansekerta. Lirik lagu Amukti Palapa jelas ditulis dalam Bahasa Jawa. Tetapi memang beberapa kosa kata Bahasa Sansekerta juga sengaja diserap penulis, seperti misalnya : prasista. Bila berniat berbahasa Sansekerta, mestinya lirik diawali dengan kata Hana, bukan Ono.  Saya membagi lirik lagu Amukti Palapa, kedalam 4 (empat) amanat yang ingin disampaikan oleh penulis, yaitu kejayaan Majapahit, proses Sumpah Palapaasal Gajah Mada dan isi Sumpah Palapa.

Ono ing tanah jawi sejarah prasista
Kraton Majapahit sumber tatanan negoro ing Mojokerto ... 

Penikmat diajak menuju ke Mojokerto, tempat pusat pemerintahaan Kerajaan Majapahit. Karena di Tanah Jawa sejarah telah terbukti atau menjadi kenyataan. Kalimat prasistasering juga ditulis prasasti oleh para penikmat. Keduanya masih berkorelasi dalam kontek ini, namun memiliki makna yang berbeda. Secara etimologis prasista diartikan telah terbukti atau menjadi kenyataan. Sedangkan prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama. Secara guyonan seorang teman bertanya : Mengapa JAWI yang dipilih, mengapa bukan JAWA ? Bukankah secara semantis, diksi JAWImemang bisa diartikan LUAR (bukan Jawa) ? tanyanya kepada saya.

Kalimat sumber tatanan negoro memiliki 2 (dua) makna terkandung, bahwa Kerajaan Majapahit memiliki sumber ilmu tata-negara karena memiliki system pemerintahan yang sangat baik terkendali. Bahwa Majapahit adalah memiliki sumber ilmu tatanegara yang tersurat dalam kitab-kitab peraturan pemerintahan termasuk kitab hukum mereka. Pada masa Majapahit program-program pemerintah seperti : Kesejahteraan dan kemakmuran negara, Tertib hukum, Menyempurnakan Pemerintahan, Memperkembangkan kebudayaan dan Sastra, serta Toleransi beragama bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan. Sehingga sangat wajar apabila menjadi sumber belajar ilmu Tata Negara.



Satrio wengker ing Ponorogo sakti mandraguna
Nduweni cita-cita tulus luhur bekti ing roso
Negoro wibowo wicaksono
Negoro agung mulyo ing ndonyo

Pada bagian ini saya merasa ada sesuatu yang ganjil. Penulis mengabarkan bahwa : ada seorang satria yang sakti mandraguna berasal dari Wengker Ponorogo yang memiliki cita-cita tulus luhur setia pada rasa. Yaitu cita-cita sebuah negara yang berwibawa, bijaksana, agung dan mulia di dunia.

Siapakah Satria itu ? Gajah Mada kah dia ? Dalam catatan bukti sejarah, kata Ponorogo bila dikaitkan dengan Kerajaan Majapahit, belum pernah samasekali saya temukan. Siapakah Satrio wengker ing Ponorogo sakti mandraguna yang dimaksud penulis ? Sementara dari diksi muncul kata cita-cita tulus, kalau di Bahasa Jawa bukankah itu sangat wagu, mestinya: gegayuhan, kekarepan, atau panggayuh?

Dalam Pararaton, karena Kuda Merta kawin dengan Sri ratu Rajadewi Maharajasa (Bhre Daha, bibi Hayam Wuruk), maka Kuda Merta menjadi Bhre di Wengker dengan sebutan Wijayarajasa (1328-1388). Apakah yang dimaksud Satrio wengker oleh penulis adalah Kuda Merta ? Menurut Pararaton dan prasasti BilulukWijayarajasa bergelar Bhatara Parameswara ring Pamotan (Yang Dipertuan di Pamotan). Kata muwat bersinonim dengan kata nanggung, sehingga Pamotan (Pamuwatan) banyak yang meyakini bahwa itu adalah Gunung Penanggungan. Gunung yang terletak di sebelah timur Mojokerto, tempat yang sangat jauh dari PONOROGO ?

Salah satu jejak yang dapat saya telusuri berkaitan dengan hal tersebut, berpijak dari sumber lisan asal-usul Reog Ponorogo. Ada 5 (lima) versi populer, namun salah satu paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan politis Ki Ageng Surya Alam dari Desa Kutu di Wengker (Ponorogo) dengan kesenian parodi Reog. Kelak Ki Ageng Surya Alam  akan dijinakkan Batoro Katong.

Pada cerita tersebut memang ada korelasi antara Ponorogo dengan Kerajaan Majapahit, tetapi itu terjadi pada masa pemerintahan Bhre Kertabumi (1468-1478) dan hanya berdasarkan cerita rakyat atau sumber lisan belaka. Padahal menurut kitab Pararaton : Sang Patih Gajah Mada wafat pada tahun ’Langit Muka Mata Bulan’ atau 1290 Saka (1368 Masehi).

Disisi lain, asal usul Gajah Mada masih sangat kontroversial bila ditinjau dari sudut sejarah. Ada banyak versi : Jawa, Sumatra, Dompu (NTT) atau Kalimantan Barat (banyaknya varian ini mungkin lebih menguntungkan rasa Nasionalisme kita ?). Tetapi anehnya tidak ada satupun bukti sejarah yang menyebut berasal dari Ponorogo, sebagaimana dugaan penulis lirik.

Nama Gajah Mada memang dapat kita jumpai pada : kitab Negarakertagama, kitabPararaton, prasasti Sukamrta, prasasti Balawi, dan lain-lain. Bahkan kebesaran nama diceritakan dimasa pemerintahan 3 (tiga) penguasa Majapahit : Jayanegara ( 1309-1328), Tribuwana (1329-1350),dan Hayam Wuruk (1350-1389). Tetapi sama sekali tidak ada satupun sumber sejarah ilmiah yang menuliskan tentang asal-usulnya.

Mungkin yang paling masuk akal berdasarkan lontar “Babad Gajah Maddha”, walaupun Lontar tersebut adalah merupakan salinan sedangkan yang asli belum dapat dijumpai. Secara garis besar lontar babad Gajah Maddha tersebut berisi tentang asal usul Gajah Mada.  Tentang kelahiran Gajah Mada, disebutkan kalimat yang berbunyi “On Cri Caka warsa jiwa mrtta yogi swaha” kalimat Candrasangkala dengan arti : Selamat Tahun Saka 1221 atau tahun (1299 Masehi), seandainya itu  benar maka Gajah Mada dilahirkan pada tahun 1299 Masehi. Sedangkan asal usulnya diperkirakan berasal dari : dari Wilatikta yang disebut juga Majalangu (karena tempat asal orang tuanya). Wilatikta itu terletak disebelah utara “Lemah Surat”. Sedangkan “Lemah Surat”terletak di sebelah utara “Gili Madri”. Jarak antara “Lemah Surat” dengan “Gili Madri” adalah dekat, sedangkan jarak antara “Lemah Surat” dengan Wilatikta tidak disebutkan.

Restu prabu gusti Hayam Wuruk kuoso
Mahapatih Gajah Mada ucap sabdo
Niat ingsun Amukti Palapa
Niat ingsun Amukti Palapa

Hayam Wuruk berkuasa pada tahun 1350-1389, setelah berhasil memadamkan pemberontakan Sadeng, maka Gajah Mada diberi kehormatan menjadi Patih Mangkubumidan mengucapkan sabdanya, yang dikenal dengan sebutan Sumpah Palapa. Kendati banyak yang memperoloknya (Kembar), mencelanya (Ra Tanca) serta menertawakannya (Jabung Terewes, Lembu Peteng) tetapi Sumpah itu sangat direstui oleh Hayam Wurukdan Arya tadah. Pada bagian bait ini jelas penulis ingin menyampaikan amanat bahwa : Sumpah Amukti Palapa, dilakukan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dan Sang Raja telah merestui Sumpah itu.

Amukti Palapa, lamun huwus kala nusantara
Ingsun Amukti Palapa, amun kalah ring gurun
Seram... Tangjungpura... Haru
Pahang... Dompo... Bali Sunda... Palembang
Tumasik... Sa mana
Ingsun Amukti Palapa

Bagian akhir lirik diisi dengan deklamasi Sumpah Amukti Palapa Gajah Mada oleh Pungky Deaz. Terdengar efek suara ’petir’ menggelegar di penghujung lagu, guna memberi efek sakral. Sebuah bait yang sangat jelas dicomot dari  Kitab Pararaton. Kalau saja penulis konsistenten pada korelasi thema, mestinya bait lirik lagu yang lain ditulis dalam Bahasa Jawa Kuna juga ? Bukankah semua artefak Majapahit tidak ditulis dalam Bahasa Sansekerta atau Bahasa Jawa ? Sutasoma, Pararaton, Negara Kertagama , Penataran, Sakuh jelas ditulis dalam Bahasa Jawa Kuna.

Dari sudut thema nasionalisme, ataupun sudut pandang seni musik, lagu Amukti Palapa memang sungguh sangat patut diperhitungkan dan diacungkan jempol, asyik untuk didengarkan. Amukti Palapa jelas telah menjadi salah satu artefak kekayaan  khasanah musik rock tanah air. Namun demikian keberanian Lek Parjan dan Kalingga mempublish atau mendeclair bahwa Gajah Mada berasal dari Wengker Ponorogo, serta mengkorelasikannya dengan Reog Ponorogo, adalah sebuah langkah yang dapat membingungkan penikmat dari prespektif sejarah. Lirik lagu Amukti Palapa telah ditulis dengan berdasarkan asumsi penulis semata, bukan berdasarkan bukti fakta sejarah. Padahal kita tahu bahwa apabila lirik sudah tertulis, maka akan sulit dikoreksi dari ingatan penikmat...

Mungkin ini sama dengan yang dilakukan Langit Kresna Hariadi, yang menyebut Bedander dengan Kudadu dalam novelnya, yaitu sebuah desa perdikan tempat persembunyian Raja Kalagemet dalam menyelamatkan diri bersama Pasukan Khusus Brawijaya yang dipimpin Gajah Mada dari serangan pemberontakan Ra Kuti. Padahal dalam Pararaton jelas menyebut BedanderLangit mengaku khilaf, menulis dilakukannya hanya berdasarkan ingatan yang lamat-lamat .....


Sumpah Palapa (Amukti Palapa)
Kalingga/ Lek pardjan

Ono ing tanah jawi sejarah prasasti
Kraton Majapahit sumber tatanan negoro ing Mojokerto ......

Satrio wengker ing Ponorogo sakti mandraguna
Nduweni cita-cita tulus luhur bekti ing roso.....

Negoro wibowo wicaksono
Negoro agung mulyo ing ndonyo...

Restu prabu gusti Hayam Wuruk kuoso
Mahapatih Gajah Mada ucap sabdo

Niat ingsun Amukti Palapa
Niat ingsun Amukti Palapa

Amukti Palapa, lamun huwus kala nusantara
Ingsun Amukti Palapa, amun kalah ring gurun
Seram... Tangjungpura... Haru
Pahang... Dompo... Bali
Sunda... Palembang
Tumasik... Sa mana
Ingsun Amukti Palapa......