Mencermati Lirik Lagu

Mencermati Lirik Lagu

ditulis oleh Elvin Hendratha

Seorang Sufi Dzunun Al-Misri mengatakan bahwa musik adalah sesuatu yang datang dari Tuhan, yang dapat menggugah hati manusia untuk menuju yang haq. Namun pernah anda dengar cerita ikwal remaja yang nekat bunuh diri, karena meresapi lirik sebuah lagu. Seberapa jauh agitasi lirik terhadap penikmat musik ? Benarkah lagu Indonesia miskin thema ?
Lirik dan lagu hakekatnya ibarat roh dengan jasad. Sekali waktu dia bisa sangat romantis, mengharu biru, tapi terkadang juga bisa berisi protes. Tanpa kita sadari melalui sebuah lirik, agitasi pencipta terhadap penikmat musik menjadi alat propaganda yang sangat efektif. Sehingga sebuah lirik yang berkualitas kerap menjadi obsesi. Bahkan menurut budayawan Emha Ainun Nadjib, lagu yang bagus adalah yang mampu berkomunikasi serta mampu “mengasyikkan” menggetarkan kalbu kita.
Starway to Heaven lagu Led Zeppelin, hingga saat ini masih disukai banyak orang. Liriknya yang indah seakan memberi power kepada solmisasinya, serasa tak pernah bosan mendengarnya.
There's a lady who's sure all that glitters is gold,

and she's buying a stairway to heaven
When she gets there she knows, if the stores are all closed,
with a word she can get what she came for.
Ooh, ooh, and she's buying a stairway to heaven.

Kemisteriusan lirik lagu mistis Bohemian Rhapsody, hingga sekarang masih belum terjawab. Sejalan dengan kepergian sang pencipta Faroukh Bulsara alias Freddy Mercury, berbagai mantra fraseyang menjadi kekuatan lagu itu seperti : Scaramouche, Beelzebub, Figaro, Galileo, Mama Mia, danMagnifico semakin menjadi kekuatan kemesteriusan lirik lagu Queen.
I see a little silhouetto of a man,

Scaramouche, Scaramouche, will you do the Fandango
Thunderbolt and lightning, very, very fright'ning me
(Galileo) Galileo (Galileo) Galileo, Galileo figaro
Magnifico I'm just a poor boy and nobody loves me
He's just a poor boy from a poor family,
Spare him his life from this monstrosity
Easy come, easy go, will you let me go
Bismillah! No, we will not let you go
(Let him go!) Bismillah! We will not let you go
(Let him go!) Bismillah! We will not let you go
(Let me go) Will not let you go
(Let me go) Will not let you go (Let me go) Ah
No, no, no, no, no, no, no
(Oh mama mia, mama mia) Mama mia, let me go
Beelzebub has a devil put aside for me, for me, for me

Sehingga tidak heran bila Iqbal, Pujangga Pakistan pernah mengatakan :
Darimana Kemerduan Seruling Terdengar,

Dari Denyut Hati Sang Peniup,
Bukan dari Potongan Bambu.

Tak pelak bermusikpun sering dituding orang sebagai biang dari keributan. Bahkan ex vokalisMakara band mengatakan bahwa bernyanyi adalah haram hukumnya. Kehadiran The Beatles kali pertama dahulu dicap para orang-tua sebagai penganut aliran setan. Secara tiba-tiba anak remaja mereka berubah menjadi kesurupan mengekor penampilan 4 (empat) pemuda Liverpol itu. Suicide Solution lagu Ozzy Osburne, mampu membuat seorang remaja nekat bunuhdiri. Atau tembangSilver-Chair yang konon mampu membutakan hati seorang pemuda, sehingga nekat membunuh orang tua dan saudaranya dengan sadis.
Karena itu sosok sastrawan yang dicap memiliki kelebihan dalam berdiksi mulai ramai direkrut dengan harapan akan menghasilkan lirik lagu yang berkualitas. Tidak aneh bila Drh.Taufik Ismailmenjadi berangkulan mesra dengan Bimbo. Si Burung Merak WS Rendra mengepakkan sayap bersama Kantata. Kiai Mbeling Emha berkolaborasi merangkuh “Perahu Retak” dengan Franky Sahilatua. Dan Putu Wijaya pernah bersekutu pula dengan Alm Dr.Harry Roesli. Menguatlah istilah musikalisasi puisi atau puisi yang bernyanyi. Walau bukan jaminan selalu menjadi karya berkualitas, populer dan laris, namun setidaknya menjadi alternative baik untuk memperbaiki kualitas lirik musik di negara kita. Sangat mahfum bahwa berkolaborasi untuk menyatukan konsep/gagasan dari beberapa idealisme bukan hal yang sangat mudah.
Walaupun demikian, sebaliknya tidak berarti pencipta lirik yang notabene bukan sastrawan tidak mampu menghasilkan produk-produk berkualitas, bermakna dan mempunyai amanat bagi dunia penikmatnya. Segudang musisi kita yang cukup memiliki kemampuan memberikan “pesan” kepada lagunya dengan baik, misal : Mira Lesmana, Katon Bagaskara, Eros Jarot, Jockie Suryoprayogo, Oma irama dsb .
Kepekaan musisi dalam menangkap sebuah fenomena terlihat jelas pada penggarapan lirik. Kepiawaiaan musisi dalam menuangkan amanat menentukan sebuah lagu mempunyai roh atau tidak. Menentukan thema tidak harus hal njlimet. Walau terkesan sederhana Iwan Fals berhasil bercerita tentang kesahajaan Proklamator Hatta atauGuru Umar Bakri. Seorang Ebiet G.Ade mampu bertutur tentang fenomena pengamen kecapi buta melalui lagu Nyanyian Siang dan Malam, cerita sederhana namun mempunyai makna social yang cukup tinggi.
Beberapa pencipta lagu focus menulis lirik lagu mengkritisi suatu keadaan, akhirnya lagu-lagunya menjadi sangat identik dengan namanya. Seperti Bob Dilon, perawan maskulin Tracy Chapman, U2,lirik-lirik mereka identik dengan kritik social. Kita juga punya Ully Sigar Rusady, yang kental bercerita tentang lingkungan hidup. Atau Iwan Fals yang acap memprotes ketimpangan sosial. Pehaman tentang lingkungan, karakter, kejiwaan tentang thema yang diceritakan menjadi penentu kualitas lirik lagu. Artinya seorang pencipta lagu anak akan terdengar aneh jika tidak mengerti secara benar tentang dunia anak-anak.

Didalam penggarapan lagu, musisi menjalani beberapa pilihan proses kreatif. Menggarap solmisasi, baru menyusul lirik. Atau menulis lirik kemudian dilagukan, atau bahkan secara bersama atau spontan. Terlepas dari proses kreatif itu, lagu akan tampak manis apabila diantara lirik dan solmisasi berkohesi, berkesan tidak menempel. Proses menciptakan lagu memerlukan waktu yang tidak sama antar sesame musisi. Ada yang melalui proses pemikiran panjang, atau sebaliknya relative pendek. Lirik lagu biasanya berisi potret suatu peristiwa pada suatu kejadian tertentu, atau bisa jadi merupakan suatu peristiwa yang berdasarkan kenyataan yang dialami oleh musisi, atau bahkan merupakan hasil dari sebuah pergumulan sebuah intuisi. Semakin produktif seorang musisi didalam menggagas lagu, seharusnya tidak akan mengurangi kualitas karya-2 yang terbaru.
Banyak fakta yang juga diabadikan kedalam lirik lagu oleh musisi. Pengalaman perjalanan kehidupan mereka diaktualisasikan lewat lirik. Ian Gillan vokalis Deep Purple menulis Lagu Smoke on The Water diatas kertas Tissue Hotel saat terjadi kebakaran pada live-concert mereka pada 4 Desember 1971. Seorang penonton tiba-tiba menembakkan pistol, mengakibatkan panggung yang saat itu diisi oleh Frank Zappa terbakar, menghanguskan atap Montreaux Casino yang terbuat dari bamboo diSwiss. Hampir serupa Titik Puspa mendapat ilham menulis lirik lagu ketika berada di atas pesawat. Karena mendengar khabar tentang kematian Bing Slamet. Secara spontan ditulisnya lirik diatas kertas muntahan pesawat. Sambil sesenggukan Titik Puspa spontan menyanyikannya didekat telinga Emillia Contessa. Dan jadilah lagu Bing yang legendaries itu.
Di negara kita kebanyakan penikmat mengingkan bentuk lirik yang bersifat eufemisme-konotatif, sebaliknya lirik yang bersifat sarkasme-denotatif cukup sering menuai protes. Ingat pada tahun 1978 ketika Ian Antono menciptakan lagu “Pelacur Tua” yang dinyanyikan oleh Duo Kribo, maka TVRI langsung mencekalnya.
Lirik lagu juga manisfestasi bentuk suatu “mode” pada jamannya. Pernah terjadi begitu lagu bermodekan nama orang melejit dipasaran, maka bak jamur di musim hujan, bermunculan lagu-lagu serupa. Sebenarnya keepigonan mereka masih bisa ditoleran, hanya bentuk mode pada jamannya dan akan surut sejalan dengan hal baru yang bakal menggantikannya. Ingat ketika dunia musik kita dihinggapi trend lagu dengan lirik yang berjudul nama orang ? Banyak sekali penggarapan lirik-lirik lagu baru beramai-ramai memberi judul nama orang.
Penggarapan lirik lagu yang berthema atau beramanat sering berkesan menggurui dan membosankan. Adalah seorang Ebiet G.Ade yang patut dipuji dalam penggarapan lirik lagu. Selain lirik lagunya cukup puitis, thema/tokoh/amanat yang diaktualisasikan melalui lirik lagu, kesannya jauh dari menggurui. Seperti cerita tobat seorang narapidana yang diceritakannya pada lagu Balada Orang-orang terkucil senantiasa mengajak kita berpikir dan merenung. Perhatikan lagu : Untuk Kita Renungkan, yang serasa mengajak kita untuk selalu instropeksi diri.
Untuk Kita Renungkan
Lagu & Lirik oleh Ebiet G.Ade-1982

Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih

Suci lahir dan di dalam batin
Tegaklah ke dalam sebelum bicara
Singkirkan debu yang masih melekat 2x
Anugerah dan bencana adalah kehendakNya
Kita mesti tabah menjalani
Hanya cambuk kecil agar kita sadar
Adalah Dia di atas segalanya 2x
Anak menjerit-jerit, asap panas membakar
Lahar dan badai menyapu bersih
Ini bukan hukuman, hanya satu isyarat
Bahwa kita mesti banyak berbenah
Memang, bila kita kaji lebih jauh
Dalam kekalutan, masih banyak tangan
Yang tega berbuat nista... oh
Tuhan pasti telah memperhitungkan
Amal dan dosa yang telah kita perbuat
Kemanakah lagi kita kan sembunyi
Hanya kepadaNya kita kembali
Tak ada yang bakal bisa menjawab
Mari, hanya tunduk sujud padaNya
Kita mesti berjuang memerangi diri
Bercermin dan banyaklah bercermin
Tuhan ada di sini di dalam jiwa ini
Berusahalah agar Dia tersenyum... oh
Berubahlah agar Dia tersenyum

Tetapi, penggambaran tentang hasrat sex juga sering dilakukan didalam penggarapan lirik lagu : Rod Steward pernah ber-Da Ya Think Im Sexy atau George Michael dengan I Want your Sex. Di Negara kita kenakalan lirik-lirik yang beraroma sex juga ada, sebut saja Farid Bani Adam dengan Sesuatu, Dewa dengan Sedang Ingin Bercinta, atau Jamrud dengan : Surti-Tejo, dan Telat 3 Bulan.
Malam sabtu kujemput

Rok minimu menyambut
Kuajak kau ke laut
Lihat pemandangan bagus
Namanya laut

Angin pasti kuuenceng (wuuuzzz)

Rokmu berayun...
Naik turun
Hei... salahkah aku yang jadi “mau”
Karena melihat isi dalam rokmu
Hei... kenapa kau pun mau saat kurayu
Dan kita langsung berguling bergerak bebas diatas pasir

Sebagaimana sebuah novel sastra, thema cinta adalah kisah yang sangat dominant didalam penulisan lirik lagu. Demikian halnya pada lirik lagu, kisah cinta adalah thema yang sumbernya tidak pernah kering. Sejalan dengan perkembangan jaman perjalanan lirik cinta juga mengalami proses metamorphose . Dahulu kisah cinta dikisahkan halus, mengharu biru. Bahkan sempat mengusik kejengkelan Menpen HARMOKO. Tapi sekarang tidak, Dewa malah terang-terangan mengancam akan membunuh : Ingin ku bunuh pacarmu .... katanya di Cemburu (Bintang Lima) dan Lelaki Pencemburu (Republik Cinta)
Disisin lain usaha membangkitkan aqidah dan tauhid lewat lirik lagu juga mulai dirambah dan diolah lagi. Dahulu Kantata Takwa pernah mengajak berdizikir menyebut asma-NYA, Orang Jombang Cak Nun dan Kiai Kanjeng-nya menghadiahkan “Kado Muhamad”, Gus Dur dan Ki Ageng Ganjur-nya melahirkan Tadarus Budaya. Lalu sekarang bermunculan musisi yang menulis lirik lagu bersandarkan nilai-nilai religius seperti : Oppiec, dsb
Yang pasti : lirik lagu adalah suatu bagian penting yang sering kita lupakan didalam penggarapan karya lagu, terdapat partikel-partikel dan zat zat simultan yang mempengaruhi psikologis dan anasir tubuh penikmat secara tidak disadari. Betapa besar agitasi lirik lagu terhadap sang penikmat. Bandingkan bila anda mendengarkan lagu Kebyar-kebyar jelas terasa lain suasana kejiwaannya bila kita mendengarkan Tombo Ati. Lalu bagaimanakah bila sebuah lirik lagu justru sebaliknya, yaitu mengajak atau memberi inspirasi kita untuk meninggalkan suatu norma/aturan ?
Mari bernyanyi bersama :
duh aduh pipiku dicium mas joko
duh aduh bibirku disentuh mas joko
duh aduh pipiku dicium mas joko
duh aduh bibirku disentuh mas joko
(ditulis oleh : Elvin Hendratha)