NEW ROLLIES : Hutan Itu Telah Hilang Dan Tak Pernah Tumbuh Lagi .......!

NEW ROLLIES : Hutan Itu Telah Hilang Dan Tak Pernah Tumbuh Lagi .......!

Lirik lagunya sangat lugas, sederhana dan tidak puitis, tetapi mengugah kesadaran perilaku. Melihat kegundulan hutan yang terbabat habis, hatinya menjadi trenyuh. Jiwanya memberontak. Manusia begitu kejam, tega menganiaya alam tempat tinggalnya. Ditangkapnya kenyataan tersebut, diekspresikan dan dituangkan melalui lagu fenomenal yang dianugerahi penghargaan Kementerian Lingkungan Hidup saat itu.
Kekuatiran Rollies telah terjadi, penebangan hutan liar tak terkendali. Tiga perempat hutan kita telah terbabat habis ! Penyusutan hutan besar-besaran menjadikan Indonesia rentan akan bencana. Alam marah karena hutan dirusak, kesimbangan menjadi terganggu. Banjir, tanah longsor, dan defisit air tiap tahun membayang menciptakan kekeringan.
Keresahan Oetje F Tekol semakin nyata. Rollies serasa ingin berkata untuk mengingatkan, bahwa : ”Kehilangan Hutan adalah pemicu bencana bagi kita ..... !”
Lagu Kemarau berasal dari album vol 4 (empat) Rollies yang direalese pada tahun 1978-an. Berbandrol sama antara lagu dan nama albumnya. Direkam Musica Studio terdiri dari 13 (tiga belas) lagu : Kemarau, Segores Warna, Pengemis Tua, Kau Yang Kusayang, Wanita, Pesona, Jangan Terulang Lagi, Asmara, Syair Laguku, Dia Yang Maha, Cinta dan Dosa, Sentakan Sedih, Musik Kami.
Rollies yang pada waktu itu menjelma menjadi New Rollies, terdiri dari : Bangun Sugito, Delly Djoko Alipin, Bonny Nurdaya, Oetje F Tekol, Jimmie Manopo, dengan dibantu punggawa Brass Section : Didit Maruto (Terumpet), Teungku Zulian Iskandar (saksofon) dan Marwan (trombone).
”Saat itu, kita sering mengadakan tour show, nah diperjalanan itulah syair dari Kemarau dibuat... Proses kreatif yang mengalir begitu saja, sederhana dan spontan. Lalu dibuat melodi jadilah lagu tersebut dalam bentuk country. Baru ketika rekaman, beatnya dirubah oleh teman-teman sehingga akhirnya menjadi seperti irama yg di release tahun 1977 tersebut. Sayangnya rekaman tersebut tidak dikeluarkan langsung dgn alasan kurang komersil. Tetapi baru pada tahun 1978 dijadikan bandrol label kaset , tetapi lagu itu sendiri diletakkan pada diurutan ke 4 (empat). Rupanya nasib lagu itu baik, dan aku menganggap itu sebuah anugerah titipan pesan dari Yang Maha Kuasa untuk bangsa dan dunia” demikian kata Oetje F Tekol bassis Rollies , yang juga si pencipta lagu.
Brass Section bermain nada khas pada intro, interlude dan coda yang sungguh kuat mengukir irama pada dinding otak penikmat. Lengkingan suara Delly Djoko Alipin serasa pas di tengah kehingaran alat tiup. Rollies mampu menggoda penikmat dengan nada melalui alat tiupnya, Begitu melekat dibenak, hingga mampu membuat kita mampu menebak judul lagu, hanya karena mendengar tiupan intro Didit, Iskandar dan Marwan.
Ada 2 versi lagu Kemarau. Pertama adalah versi lagu yang berasal dari album Vol 4, yang diproduksi oleh Musica Studio. Versi ini bergambar personiel New Rollies di panggung. Semacam panggung TVRI seperti acara artis Safari atau Kamera Ria. Ada tulisan KEMARAU berwarna merah, dibawahnya ada tulisan New Rollies Vol.4 warna hitam dengan latar warna biru. Lagu Kemarau (Versi ini kelak dicopypaste pada album Best of Rollies), yang merupakan lagu genap-genapan pada durasi kaset saat createnya, cukup mengejutkan blantika musik di tanah air. Keberhasilan Rollies menyulap konsep country menjadi sentuhan funk dan brass section, justru mencuri perhatian penikmat saat itu. Kemarau serasa memberi warna baru pada blantika musik di tanah air.
Sedangkan versi kedua adalah versi lagu Kemarau, yang berasal dari album reuni mereka pada tahun 1998. Kembali menjadi Rollies nama mereka, bukan New Rollies. Over All tidak terlalu berbeda, hanya sedikit berbeda pada aransemen. Brass Section yang bersentuhan dengan karakter funk tampak agak sedikit melunak nge-jazz. Interlude saxophone jelas menggiring penikmat sedikit lembut. Sementara itu Jimmie Manopo, jelas sekali mengurangi fill in apabila dibandingkan dengan pukulan bedug Inggrisnya di versi lamanya. Lengkingan suara almarhum Delly masih menghiasi versi ini, konon pada awal penciptaan lagu tidak terpikir sama sekali siapa kelak yang akan melantunkannya ....
Agak sedikit terdapat keanehan pada susunan nama pencipta lagu Kemarau. Kalau tentang arransemen lagu, tentu saja kita sepakat bahwa lagu tersebut dibuat bersama oleh group. Tetapi tidak demikian dengan susunan pencipta lagunya. Sesuai cover jelas disebutkan bahwa bahwa, pencipta lagu adalah : Oetje F. Tekol dan A. Tirtodibroto. Siapakah A. Tirtodibroto ? Apa kontribusinya, pencipta lirikkah dia ?

Tirtodibroto adalah cukong New Rollies saat itu. Bahkan pada cover depan dengan jelas dikatakan bahwa New Rollies adalah asuhan A. Tirtidibroto. Saya justru menduga, bahwa Tirto hanya dipasang sebagai kompensasi New Rollies kepada cukongnya. A. Tirtidibroto sengaja di Quincy Joneskan, untuk memberikan presepsi bahwa cukong rekaman di Negara kita, tidak hanya sekedar ngurusi rekaman dan permodalan saja. New Rollies serasa ingin menunjukkan bahwa produser mereka sangat mahir dibidang seni musik juga sebagaimana mereka, terbukti dia telah memberi kontribusi kepada kemajuan group. Atas dasar pertimbangan bisnis maka saya duga New Rollies sengaja memasang nama A Tirtodibroto tersebut. Dan Oetje F Tekol merelakannya... Saat dijaman dimana kekayaan intelektual bukan suatu hal penting.
Tetapi bagaimanapun Lagu Kemarau telah menjadi artefak sejarah perjalanan musik di Indonesia, yang sangat disukai dari generasi ke generasi. Melalui Kemarau, Rollies telah sukses meneriakkan amanat mencinta alam semesta melalui lirik lagu. Kendati upaya itu telah gagal menghentikan keberingas pembabatan hutan.
Karena Rollies sendirian....! Hutan itu telah hilang dan tak pernah tumbuh lagi .......! Padahal Rollies sudah mengingatkan kita semua dahulu ....

written by ELVIN HENDRATHA - 06.05.2010

KEMARAU

Group : New Rollies
Musik : New Rollies
Lagu : Oetje F Tekol/A.Tirtodibroto

Panas nian kemarau ini
Rumput-rumputpun merintih sedih
Rebah tak berdaya diterik sang surya
Bagaikan dalam neraka
Curah Hujan yang dinanti-nanti
Tiada juga datang menitik
Kering dan gersang menerpa bumi
Yang panas bagai dalam neraka
Mengapa …Mengapa, hutanku hilang ?
Dan tak pernah tumbuh lagi ….
Mengapa …Mengapa, hutanku hilang ?
Dan tak pernah tumbuh lagi ….
Curah Hujan yang dinanti-nanti
Tiada juga datang menitik
Kering dan gersang menerpa bumi
Yang panas bagai dalam neraka
Mengapa …Mengapa, hutanku hilang ?
Dan tak pernah tumbuh lagi ….
Mengapa …Mengapa, hutanku hilang ?
Dan tak pernah tumbuh lagi ….