Senggigih - Sebuah telaah lagu album Makara

Senggigih - Sebuah telaah lagu album Makara
Oleh Elvin Hendratha



Senggigih adalah bentuk ekspresi kekwatiran Makara terhadap arus westernisasi. Penetrasi kultural dari intervensi budaya Barat, telah menjadi salah satu keresahan mereka. Alasannya karena sudah sebegitu menghujam ke wilayah yang dulunya masih steril dan perawan, di Senggigih.
Kendati berbeda konsep, kekhawatiran seperti itu sebenarnya pernah juga diteriakkan Guruh Gypsi lewat Janger 1897 Saka dan Chopin Larung pada tahun 1976. Namun teriakan Guruh Gypsi terhadap Bali saat itu mungkin tidak banyak ’didengar’, sehingga terbukti sekarang telah merembet ke pulau Lombok.
Senggigih-pun menjadi tak berdaya terkontaminasi budaya barat. Senggigih telah menyusul Legian-Kuta. Kebutuhan ekonomi adalah salah satu pemicunya. Maureen kecil yang berambut pirang dan berbikini itu telah meresahkan Makara.
Selain alternatif kenikmatan komposisi yang ditawarkannya, jelas bahwa Makara tidak ingin dicap sekedar menyuguhkan eksploitasi ’Tragedi Maureen’ saja. Melalui Senggigih, Makara mencoba membawa kita memasuki wilayah kritik sosial. Karena, Satu lagi mutiara terbasu. mereka ingin berkata bahwa : kami juga mempunyai tanggung jawab sosial, untuk mengingatkan terhadap kenyataan itu. Lirik ini begitu jelas melawan arus komersial, karena industri kita sekarang tengah termehek-mehek dengan kata ’perselingkuhan’.
Lagu Senggigih adalah salah satu lagu yang merupakan bagian cerita tentang kehidupan Maureen. Maureen terdiri dari 11 (sebelas) komposisi yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Dan Senggigih merupakan bagian ’situation’ dari penceritaan yang dilakukan oleh Makara. Di Senggigih, sejak usia belasan Maureen telah menjadi korban sex global sebagai pengaruh modernisasi lingkungannya. Ketika seorang turis asing membawanya ke Luar Negeri, ia sangat berharap agar kehidupannya lebih baik. Kemampuan tegarnya agar tetap eksis dan belajar tentang kehidupan, menjadikan Maureen ingin kembali ke desanya setelah berhasil. Namun demikian resistensi budaya lokal, terhadap Maureen yang sudah lebih pintar, memaksanya harus dicaci maki. Maureen tidak boleh menjadi pintar, ia hanya seorang ’pelacur’. Akhirnya Maureen harus mengakhiri hidupnya dengan tragis : Bunuh diri. Keterkaitan antara lagu yang satu dengan yang lain, sengaja mengajak kita untuk memahami kehidupannya. Dari Senggigihlah kehidupan Maureen dimulai dan diakhiri...
Ketragisan kehidupan Maureen, sebagian besar menjadi tanggung jawab sosial kita bersama. Perubahan terhadap Senggigih nyata telah merubah kehidupan, dan jalan hidup seorang Maureen. Penyebab kematian Maureen bukan hanya karena kenaifannya, tetapi juga merupakan wilayah tanggung jawab sosial kita.
Ironis memang, adanya pembangunan Artshop mewah dan resort indah berjejer menjadikan Maureen kecil tak tahu harus tinggal dimana ? Kebijakan penguasa, kepentingan kapitalisme, dan kebutuhan ekonomi telah menyudutkan mereka ke sebuah pilihan, yaitu menjual yang mereka punyai (termasuk 'menjual-diri' ?). Sawah ladang, telah terjual, bangun hotel berbintang.
Kepenatan kita sebagai bangsa yang terus menerus dibohongi oleh dunia barat, memang harus diakhiri. Kebanggaan terhadap budaya westernisasi yang sangat tak berarti harus kita tinggalkan. Dan bukankah budaya etnik kultural yang adiluhung milik kita, tidak lebih buruk dari dunia barat ?
Sehingga tragedi tragis jalan kehidupan Maureen yang memilukan itu, tidak akan terjadi lagi pada anak bangsa yang lain .....
Setidaknya itu mungkin yang diamanatkan oleh Makara ...
Aug 24, '08 10:53 AM Written by Elvin Hendratha


=======catatan album Makara ke 2 Sengigih============

Senggigih

Artist : Makara
Album : Maureen
Song : Ule
Lyrik : Kadri


Satu lagi mutiara terbasu
Kilatannya .... silau sampai ke barat
Pasir Putih, terkikis ombak biru
Gadis pirang, lari kecil, berbikini ke laut

Artshop mewah .... resort indah berjejer
Maureen kecil .... kulit hitam terjemur
Kadang tak tahu harus tinggal dimana
Sawah ladang, telah terjual, bangun hotel berbintang

kalau saja kita tidak waspada
Polusi cemari, budaya bangsaku
Jangan nafsu, menjual alam untuk dikotori
Jangan sampai, bangsa kita terus dibohongi
Jangan bangga, westernisasi tak berarti

Artshop mewah .... resort indah berjejer
Maureen kecil .... kulit hitam terjemur
Kadang tak tahu harus tinggal dimana
Sawah ladang, telah terjual, bangun hotel berbintang

kalau saja kita tidak waspada
Polusi cemari, budaya bangsaku
Jangan nafsu, menjual alam untuk dikotori
Jangan sampai, bangsa kita terus dibohongi
Jangan bangga, westernisasi tak berarti