GAVILLAS - MUSIK BANYUWANGI MODERN

GAVILLAS - MUSIK BANYUWANGI MODERN
Pasca peristiwa politik tahun 1965, perkembangan kesenian di Banyuwangi tumbuh pesat. Selain group kesenian lokal yang mulai masuk dapur rekaman, kesenian-kesenian modern yang tumbuh bak jamur di musim hujan. Berbagai kelompok kesenian modern seperti: OM Gurindam, OM Kemala, OM Tawangalun, OM Blambangan Group, OM Pengabdian, mulai masuk studio rekaman.

Trend berkesenian melalui band modern di Banyuwangi, merekam lagu-lagu berbahasa daerah Using juga berbahasa Indonesia. Salah satunya group musik modern itu adalah (OM) Gavillas (Group) asal Kalibaru. Basecamp Gavillas Group berada di Kalibaru, wilayah yang beririsan dengan kota Jember. Karena itu tidak mengherankan bila anggota personil (pemusik) Gavillas Group ada yang berasal di Jember.
Kalibaru yang secara demografi relative berjauhan dengan Ria Record Banyuwangi, akhirnya justru memiliki label Studio Rekaman sendiri. Perusahaan rekaman Surabaya membuka cabangnya di Kalibaru. Indra Record cabang Kalibaru. Indra Record juga menggunakan juga label “Mustika Stereo” didalam cover-cover kaset rekamannya. Melalui produksi Indra Record inilah Gavillas kemudian merekam karya-karyanya.
Mari kita cermati album No Title, album bersama antara OM Pancaran Muda dengan OM Gavillas. Album ini merekam lagu-lagu berlirik Bahasa Indonesia dengan irama Melayu. Pada bagian Side A, Pancaran Muda merekam 9 (Sembilan) lagu. Adalah artis nasional Mus Mulyadi yang menyanyikan 5 (lima) buah lagu, sedangkan Yuliatin (penyanyi local Banyuwangi, salah satu vokalis Gavillas) menyanyikan 4 (empat) buah lagu. Pada bagian Side B, group band pimpinan Armand Ogie ini membawakan 10 (sepuluh) lagu. Lagu-lagu OM Gavillas dinyanyikan oleh : Yuliatin, Ayub, Ndindy Supardi, Eli Rahayu, A. Bakar, dan Chusnul.
Album no title, merupakan artefact yang bercerita bahwa Gavillas pernah merambah genre Melayu. Label prefik OM (Orkes Melayu) pada cover dan nuansa musik, tidak dijumpai pada album-album Gavillas lainnya. Diluar album no title, Gavillas bermetamorfosa menjadi GAVILLAS GROUP, menambahkan sufiks kata Group dan menghilangkan prefiks OM. Album No Title ini juga merupakan bukti bahwa Gavillas telah menjadi pusat perhatian nasional.
Format album-album lainnya merupakan lagu Banyuwangi berlirik bahasa Using. Lagu berlirik Bahasa Using yang merupakan cover version. Lagu-lagu yang sudah pernah dibawakan oleh vokalis lain dengan musik pengiring (angklung) yang lain pula. Namun demikian album “Top Hits Blambangan Vol I” menarik untuk dicermati. Gavillas Group membawakan lagu-lagu Banyuwangi, yang dirubah liriknya menjadi berbahasa Indonesia. Upaya kompromi dengan Indra Record, ataukah Gavillas tengah mencari perhatian marketshare nasional ?
Memang secara kualitas, mungkin Gavillas lebih memiliki nilai komersial dibanding Group Musik lainnya saat itu. Gavillas Group juga lebih lincah dalam menbuka jaringan keluar daerah. Terbukti ketika 2 (dua) personili Gavillas, akhirnya direkrut Oma Irama untuk gabung SONETA, yaitu Choviv (Drum yang kemudian pegang Kendang) dan Popong alis Pongky (Bass Guitar).
Cerita tentang recruitment personil Gavillas Group kedalam Soneta Group ini sangat menarik. Pada saat itu Oma yang masih freelance, sering mengadakan konser di Jawa Timur dengan Orkes Melayu Permata. Perkenalan pada tahun 1972 antara Armand Ogie bersama Popong, dengan Oma Irama di Hotel Jagalan jam 9 (Sembilan) pagi akhirnya menjadi tonggak sejarah bagi personil Gavillas.
Pada tahun 1976 Soneta Group yang telah memiliki personil tetap, mengadakan show di Jombang. Waktu itu ada clash antara Oma Irama dengan Herman dan Kadir yang minta pulang ke Jakarta. Oma teringat personil Gavillas, lalu mengutus mariner pengawalnya untuk mencari Popong. Bertemulah mereka di sebuah Hotel, Popong setuju bergabung menjadi bassis Soneta Group. Lalu tinggal pemain gendangnya. Oma baru teringat Choviv, saat diperlihatkan fotonya oleh Popong, sembari menanyakan keberadaan Oma meminta Popong menjemputnya ke Jember.
Sekitar jam setengah 3 pagi, kedatangan Popong cukup mengejutkan Choviv. “Lho Kon tho? Ono Opo iki ? ” “Kon gelem ra, dijak maen Oma Irama ning Soneta?” “Oh bohong kon iki?” “Tenan!” Saat Popong mengeluakan uang kontrak dari Oma Irama, . Choviv baru percaya ajakan Popong, maka kemudian bergabunglah keduanya bersama Soneta Group dalam menapaki kancah music Nasional melalui pijakan pondasi Gavillas Group.
Disisi lain, menurut salah satu mantan vokalis cilik Gavillas bernama Daniel Amrulloh, yang pernah ikut sebagai vokalis Freelance Gavillas. Nama Gavillas memang kesohor seantero Banyuwangi. Tidak heran, jika banyak anak-anak yang mempunyai kemampuan vokal dengan sukarela bergabung. Termasuk teman seangkatannya adaalah Yuli Astutik, adik dari Yuliatin. Menurutnya, banya artis lokal freelance saat itu. Bila Gavillas dapat undangan dekat dengan rumahnya, barulah Daniel bergabung. Mengingat saat itu, transportasi tidak semudah seperti sekarang. Demikian kenangnya.
Band yang tercatat berdiri sejak tahun 1968 hingga tahun 1977, sekarang sudah gak aktif lagi. Tetapi Gavillas telah berhasil menorehkan lembaran sejarah music di Banyuwangi. Melalui Yuliatin, Choviv dan Popong, Gavillas telah mampu membuktikan kapabilitas talenta personilnya untuk menyumbungkan tatakan langkah maju debut music nasional.

Elvin Artevac Channel and team