MAS KAKANG

MAS KAKANG

Radio RKPD Blambangan pada tahun 1970-an memiliki acara yang secara khusus menayangkan lagu-lagu Gandrung. Acara ini memiliki kontribusi sangat besar, dalam meletakkan pondasi kecintaan masyarakat terhadap kesenian Gandrung di Banyuwangi.
Adalah MAS KAKANG nickname penyiar RKPD Blambangan, bernama asli Suroso pengasuh acara Gandrung tersebut. Sosok Suroso yang juga dipanggil Man Osok, sebenarnya berprofesi sebagai pegawai negri sipil dengan jabatan sebagai Driver. Job discriptionnya adalah mengantarkan Bupati Banyuwangi. Kang Osok telah mengantarkan Bupati, sejak periode Djoko Supaat Slamet, Soesilo Suharto, S. Djoko Wasito, Harwin Wasisto, T.Purnomo Sidik, hingga menjelang pergantian Ir. Syamsul Hadi. Catatan panjang selama 30 (tigapuluh) tahun sejak 1970 s/d 2000 dalam melayani para Bupati Banyuwangi tersebut, cerminan kapabiltasnya dalam bergaul dan melayani semua kalangan tanpa terkecuali.

Acara Gandrung Radio Blambangan awalnya diasuh Mantri, seorang pegawai Departeman Penerangan Banyuwangi. Pada tahun 1971, karena berdekatan lokasi kerja dengan studio RKPD Blambangan, Man Osok turut membantu Mantri mengasuh acara radio tersebut. Mantri pernah berpesan : “Leh mbesok kon sing nerusno aku”. Saat Mantri wafat, maka Mas Kakang akhirnya meneruskan acara yang disiarkan selama 2 (dua) jam pada hari minggu siang. Diskografi dari gending-gending Gandrung yang diputar semakin bertambah, bahkan koleksi pribadi diboyong ke studio. Acara yang diasuhnya akhirnya menjadi kiblat dan ukuran perkembangan kesenian gandrung di Banyuwangi. Dalam perkembangannya, Mas Kakang sebagai pengisi acara part-time Gandrung di RKPD Blambangan ditemani U’un Hariyati. Bergabungannya pegawai RKPD U’un Hariyati yang disodorkan pihak RKPD, membuat acara yang berdurasi 2 (dua) jam semakin disukai masyarakat. Acara radio minggu siang itu, menjadi makin syarat guyonan yang berhiaskan Wangsalan dan Basanan Banyuwangian.

ARTevac mencatat ada 2 (dua) hal menarik dari sosok Mas Kakang, bila dibandingkan penyiar lainnya yaitu sebagai berikut :

Pertama. Mas Kakang melakukan aktivitas berkeseniannya dengan lambaran hati yang senang. Selain berprofesi sebagai sopir, Mas Kakang juga seorang Penari Badut Angklung Caruk. Aktivitasnya tidak terikat dengan 1 (satu) group Angklung Caruk, menjadi Badut comotan dari berbagai group-group Angklung Caruk di kota Banyuwangi. Ayah dari Mas Kakang, bernama Madrani juga merupakan penari Badut Angklung Caruk pada jamannya. Madrani sering mengajak Mas Kakang kecil dalam pertunjukkan, akhirnya membuat menjadi turut mencintai Angklung Caruk dengan cara mengikuti jejak ayahnya menjadi Badut. Darah seni telah mengaliri DNA-nya.

Kedua, selain berkemampuan Basanan dan Wangsalan secara spontan, Mas Kakang tidak berhenti menggali potensi kearifan local sebagai toolsnya. Perhatikan cara terbahaknya, khas tidak dimiliki pernyiar lainnya. “Hahahah yeh, wohh…” menjadi icon tertawa Mas Kakang. Tertawa khas ini ternyata digali dari lingkungan sekitarnya. Mas Kakang juga mampu berimajinasi secara verbal, menggiring pendengar radio gembira larut dalam penggambarannya. Suatu ketika seperti asyik ditemani Gandrung Supinah berdua di Studio, mampu membuat pendengar percaya padahal sendirian. Suatu ketika saat mengudara, Mas Kakang mengucap tanpa beban : // Nong Kelathak Tamansuruh / Nong Kebut gawe kisa / kemethak rabi loro / tuku udut belaka sing bisa // lalu seorang pendengar tak dikenal mendatangi studio, merasa tersinggung dengan Basanan Mas Kakang. Bertanya dengan marah, darimana Mas Kakang bisa tahu hal yang terjadi ada dirinya ????!!!!###

Mas Kakang, juga seorang penyair. Memang guritnya berjudul Kangkung Gunung, berhasil dikalahkan oleh gurit karya : Mahawan, Slamet Utomo, dan Pomo Martadi. Tetapi gurit pemenang Juara Harapan I Lomba Penulisan Puisi using HUT RKPD Tk. II Banyuwangi VIII, Tahun 1976 tersebut menarik, karena sangat kuat amanat religius yang ingin disampaikannya ....!

KANGKUNG GUNUNG anggitane : Mas Kakang Suroso

Kunir piton, selaka dhasare kaca
Ndika surasa, urip enten dunya
Enten ring dunya masa selawase
Kangkung gunung, paman
Ya ditandur ring tegal hang suwung
Nora cidro wonten ring kubur
Wonten ring kubur panggonane kula

Emak bapak
Kula njaluk sepura
Tuya angjlok ring galengan
Ngadeg nganggur onten ring dunya
Ana ring dunya kakean dusa

Kakang-kakang kula sedaya
Ngeloyang kayu parabasane
Ndika sedaya padha ilinga
Mumpung urip padha ngajia

Terjemahannya :

KANGKUNG GUNUNG Ciptaan : Mas Kakang Suroso

Kunyit "piton", perak berealaskan kaca
Renungkanlah, hidup di dunia
Ada di dunia tidak berapa lama
Kangkung gunung, paman
Ya ditanam di lahan sepi

Tak bisa berbohong di alam kubur
Di alam kubur tempatku

Ibu bapak
Saya minta pengampunan
Air mengalir di pematang
Berdiam diri di dunia
Ada di dunia terlalu banyak dosa

Kakak-kakakku semua
Loyang kayu peribahasanya
Kamu semua ingatlah
Selagi hidup rajinlan membaca Al-Qur'an


Elvin Hendratha - ARTevac Channel