DI UJUNG DESA - CATATAN PAMERAN KEMBANG LANGIT ARTOS 2021


Ujung Desa karya Haruman Huda

Harjaba tanggal 18 Desember 2021, dua puluh empat  lukisan beromzet Rp.3 Milyar dinyatakan laku terjual, diantaranya:
Super Hidroponik (karya Dadah Subagja), Seniorita (karya Aris Sugiarta), Gandrung (karya Nanang Lugonto), hingga Red Cactus (karya Windu Pamor). 

Tetapi ada satu lukisan di pameran Artos Kembang Langit telah mencuri hati saya.  Bukan lukisan Pasar Bunga - Awiki yang infonya telah laku 2,4 Milyar itu. Memang gak mampu, Itu uang besar. Saya terpesona dengan lukisan karya Haruman Huda. Sebuah lukisan yang diberinya judul Ujung Desa. Lukisan ini berukuran besar, tak jauh dengan ukuran Pasar Bunga milik Awiki, atau Perahu Mozes Misdi (300 x 140 cm).

Lukisan Ujung Desa terlihat tidak diletakkan seruang di zona exclusive lantai satu. Letaknya berjauhan dengan habitat kelompok para Jawara senior, seperti : Mosez Misdi, S.Yadi K, Awiki, dll.  Pasar Bunga, Selendang Gandrung, Perahu dan Lorong Apel tampaknya sengaja dipasang menjadi kutub magnit positif psychologys pengunjung Gedung Juang Banyuwangi. Posisin lukisan itu juga dipasang tidak berdekatan, dengan Bani Amora, Edy Sunaryo, Huang Fong dll. Khabarnya Huda baru bergabung dalam pameran _Artos Kembang Langit, setelah S.Yadi K dan Imam mendorongnya untuk ikutan dalam perhelatan di _Gedung Juang_ Banyuwangi. 

Nama Haruman Huda, cukup dikenal di kalangan pelukis dan masyarakat Banyuwangi. Adik Huda bernama Suryantara Wijaya (SuryanTW) juga seorang pelukis Banyuwangi. Bila Huda sangat menyukai thema Pohon Bambu dilatar belakangi binatang yang kemudian menjadi ciri khas karakter pilihan thema. Maka berbeda dengan Aan yang lebih menyukai thema-thema seperti: Merak Hutan, Teratai, dan Ikan Koi. Keduanya sama-sama landscape terhadap hewan tertentu. Huda juga pernah bergaul akrab dengan Usman Munandar di Ubud Bali yang kelak menyeretnya bergerak dari aliran abstrak menuju naturalis. 

Rupanya Huda kembali bersembunyi di rumpun bambu. Hobi baru bermain ayam, telah mengantarkannya menjadi semakin tidak produktif. Huda meradang berusaha kembali ke habitat lama yang menjadi kekuatannya, pohon bambu. Keteduhan daun bambu dibuatnya tidak biasa, tampak keluar dari zona nyaman kebiasaannya. Di _Ujung Desa_, pancaran cahaya dipilihnya bukan bersumber dari prespektif depan. Matahari disengaja bersinar  dari arah belakang, bersumber dari balik rumpun bambu. Pihan cerdas, angle yang rumit tetapi memboster keteduhan suasana semakin terlihat terpancar dengan baik. 

Namun demikian ungas (menthok) dan ternak (kambing) putih, binatang yang menjadi salah satu kebiasaan pilihan kelengkapan property Huda menjadi hal menarik dalam lukisan ini. Huda masih mempertahankan unggas sebagai propertinya, tetapi bukan lagi menthok atau kambing. Tampaknya Huda mengalami kebosanan, disodorkannya 7 (tujuh) keluarga Ardeidae yang tengah asik bermain-main sembari mencari makan di kali kecil yang tak jauh dari rumpun bambu. Perhatikan air kali yang mengalir, Huda juga berani bermain-main Sebagian warna biru. Memperhatikan gestur dan anatomi 7 (tujuh) unggas tersebut, saya mendugamya sebagai Burung Kuntul. Tetapi bukankah Kuntul jarang bermain di tempat tertutup semacam itu ? Burung Kuntul lebih menyukai tempat terbuka, apabila keselamatan terancam maka tidak kesulitan terbang tinggi meninggalkan lokasi. Huda menawarkan alternatif pengobat kebosanannya pada menthok dan domba, tetapi mendorongnya menuju ketidakwajaran. 

Kendati bukan menggunakan palet, lukisan ini sangat kuat nuansa 3 (tiga) dimensinya. Gambarnya sangat detail, mampu memanjakan mata penikmat memasuki dimensi nyata lorong naturalis sejati. Perhatikan detail daun, pepohonan selang-seling yang terletak tidak sekongruen. Ditengahnya, seonggok tumpukan daun dan batang kering bambu, terlihat menawan memancing mata menggapainya, menonjol seperti akan jatuh kedepan.

Ujung Desa masih belum berpita merah, lukisan Kembange Langit yang sebenarnya. Beberapa kolektor saya dengar telah mencoba menawarkannya, tetapi belum mencapai kesepakatan harga. Saya yakin record harga tertinggi justru dipecahkan oleh Huda. Kalau saja nama Huda sudah memiliki nilai jual dan memiliki jam terbang yang tinggi. Kita tunggu saja kejutan berikutnya, masih tersisa beberapa hari. Setidaknya saya ingin sekali mengkoleksinya.....

(ditulis Elvin Hendratha, saat pameran Kembang Langit Artos 2021)


Yon's DD tengah menyusuri Ujung Desa

Komentar