Mencari jejak langkah Haruman Huda di Jakarta Lloyd - CATATAN PAMERAN KEMBANG LANGIT ARTOS 2023

Jejak kaki Haruman Huda tersapu ombak perubahan di pantai Marina. Gedung tua Djakarta Lloyd seperti sengaja menyembunyikan di kedalaman labirinnya. Kemana langkah pergi eksistensi gerumbul bambu, yang tumbuh subur di Ujung Desa itu ?

Pada pameran Artos Nusantara 2023, Huda seperti sengaja mencoba memadukan idealismenya dengan nilai komersial. Nilai komersial, yang cenderung dilusi dan inflasi telah menyorongkannya kedalam perubahan teknik dan tema. Teknik dan tema yang berbeda, tengah diperluasnya, atau mungkin tengah dikembangkannya, menjadi sebagai sebuah tantangan besar yang tengah berkecamuk dikepalanya.

Sepertinya tantangan semacam itu kembali hadir dalam benaknya, sebagai upayanya untuk mencari jati diri sesungguhnya. Sesuatu hal yang diyakini oleh para pelukis, menjadi bagian dari tahapan berproses dalam berkarya itu sendiri.

Kekuatan seorang Haruman Huda yang diakui dilingkungannya, dalam gelanggang jagat seni lukis, yaitu pada pallet grattage (goresan pisau palet). Itu bukan sesuatu yang gampang dikerjakan, karena butuh ketelatenan tingkat tinggi. Setiap detil garis objek, berproses menuju exploitasi garis batas gelap terang.

Dari segi pilihan tema, Tentang transedental Seblang sepertinya Huda mencoba untuk andil berkontribusi memamerkan kebudayaan Banyuwangi asalnya. Seblang Olehsari diusungnya menjadi ide tema. Penari Seblang terlihat in-trance pada pusaran tungku dupa ditengah. Saat ngopi di boom, saya sempat menggoda, dengan bertanya tentang keganjilan tungku. Mengapa tak ada lagi asap dan bara api di atas tungku ? Apakah asap dupa Seblang tak lagi mengepul ? Ha ha ha... jawabnya.

Tanpa disadari, Huda cenderung mengulang gaya lukis beberapa perupa Jawa Barat/Bali. Seperti yang dilakukan oleh Buth Mochtar diikuti Roedyat Martadireja, yang kemudian disusul Dadan Gandara/Daeng Musani dan seterusnya, dengan teknik dengan hasil yg kurang lebih sama.

Perspektif goresan sesungguhnya tidaklah sekedar copas mentah-mentah, karena hal itu telah menjadi bagian berproses dan telah dikembangkan dari karya-karyanya, terutama terkait suasana pagi pedesaan Bali atau karya lanscape kesukaan Huda.

Sepertinya Huda  terjebak kedalam pusaran Dadan Gandara yg cenderung naturalis, Huda tak sadar mabuk angin laut dan telah terseret dalam menghasilkan kemiripan style. Selebihnya tampak paduan gaya decoratif, meninggalkan gerumbul bambu yang telah ditanamnya.

Memang berproses itu berarti mencari keseimbangan baru, kita tak pernah tahu dimanakah ujungnya, lalu bagaimanakah respon pasar sesungguhnya ...?!

25 Mei 2023

Elvin Hendratha









(Pameran Artos Nusantara 2023)

Komentar